
Siapa bilang anak muda tidak bisa bertani? Fahrurrozi, membuktikan bahwa dirinya adalah salah satu pemuda Indonesia yang mempunyai kemampuan bertani. Rozi membuktikan kesuksesannya bertani jamur di usianya yang baru menginjak 22 tahun. Seorang pemuda desa lulusan pesantren ini mantap menjadi seorang petani. Keputusan ini berawal dari keprihatinannya akan kondisi ekonomi di desanya.
Rozi juga menambahkan, “Mayoritas petani di sini adalah orangtua sehingga adopsi terhadap perkembangan teknologi pertanian sangat rendah. Pertaniannya pun masih subsisten dan belum berorientasi pada market.”
Lesunya peran pemuda desa turut menambah keprihatinannya. “Profesi petani dianggap kurang bergengsi, belum dapat menghasilkan pendapatan yang layak.”
Tak ingin mengikuti arus, Rozi berencana akan tetap bertahan dikampung halamannya. “Saya akan berusaha menjadi pioner perubahan desa. Tekad saya adalah mengajak para pemuda agar mau kembali bekerja di sektor pertanian. Apabila pemuda desa turut mengelola pertanian, saya yakin hasilnya sangat luar biasa. Meningkatkan kehidupan petani agar lebih layak” ungkapnya optimis.
Potensi desa, permintaan pasar, dan perputaran modal adalah beberapa hal yang dipertimbangkan Rozi dalam merintis usahanya. Setelah melakukan berbagai kajian, jamur dianggap sebagai komoditas yang paling tepat dikembangkan di desanya.
Pacitan merupakan salah satu daerah sentra kerajinan kayu. Limbah kayu yang dihasilkan terutama serbuk gergaji menjadi salah satu penyebab permasalahan lingkungan bagi warga. Dari situ Rozi mengelolanya menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat. Limbah-limbah serbuk gergaji diolah menjadi baglog-baglog (media tanam) jamur tiram yang bernilai ekonomis tinggi.
Setali tiga uang, permintaan pasar terhadap jamur juga masih terbuka lebar di Pacitan. Menurutnya, Pacitan yang merupakan destinasi pariwisata akan terus membutuhkan komoditas ini hingga ke depan. “Selama ini untuk memenuhi kebutuhan jamur di Pacitan masih dipasok dari luar pacitan dalam bentuk segar. Bahkan kebutuhan baglog juga masih dari luar.”
Rozi juga menambahkan, “Perputaran modal bertani jamur sangat cepat, biasanya baglog sudah tumbuh dan bisa panen pertama rata-rata saat usia 1,5 - 2 bulan. Usia produktifnya sampai 5 bulan dan bisa dipanen 4-5 kali.”
Banyaknya variasi produk olahan jamur juga menjadi keunggulan lain dari komoditas ini. “Jamur juga dapat diolah menjadi berbagai macam produk olahan seperti jamur crispy, krupuk jamur, nugget jamur, abon jamur, dll. Sehingga untuk meningkatkan added valuenya lebih mudah. Golongan vegetarian juga menjadi bidikan utama kami,” pungkas rozi.